How Much You Need To Expect You'll Pay For A Good Arista Montana: Jejak Kaki Andy Utama di Tanah Organik

Seiring dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan, pertanian organik telah menjadi salah satu solusi yang diminati. Dalam subjudul ini, kita akan melihat bagaimana pertanian organik berkembang dari masa ke masa.

20 5 orang petani yang ikut dalam pelatihan ini adalah petani kopi yang tertarik untuk membudidayakan lebah sebagai sumber pendapatan baru.

Seolah Ong memberi pesan penting melalui Achdian dalam buku ini bahwa kekinian sesungguhnya mempunyai akar di masa lalu dan sejarah menjadi wahana untuk membaca dan memahami kekinian itu. Pandangan Ong dan pengalamannya tentang dua topik terakhir yang disinggung di atas, yakni mengenai masalah Tionghoa dan peristiwa 1965, memang tak lepas dari pengalamannya. Menurut Achdian, Ong jarang membicarakan masalah Tionghoa di Indonesia dan justru lebih suka berdiskusi tentang soal sejarah dinasti atau penyatuan China. Bagi Achdian, “minimnya” perhatian Ong pada masalah Tionghoa di Indonesia juga tercermin dari tulisannya yang banyak berkutat seputar persoalan di luar masyarakat Tionghoa, misalnya masyarakat Samin, runtuhnya kolonialisme Belanda, dan perubahan sosial di Madiun pada abad ke-19.

HKBP Antuang, Desa Hutaimbaru 24 september 2021, Perayaan hari Tani kali ini kita konsep dengan perayaan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana kita biasa turun kejalan menyampaikan kegelisahan kita terkait nasib kita sebagai petani kepada pemerintah.

Nggak hanya jadi teman aja buku ini, tetapi juga dapat penggambaran tentang penjajahan juga. Selain itu juga pastinya ada pesan ethical ya, buat dijadikan hikmah bagi kita sebagai pembaca

Andy Utama, seorang pejuang pertanian organik, telah menghadapi tantangan besar di tengah kondisi lingkungan global yang semakin memprihatinkan.

Saat memilih Indonesia, Ong mungkin telah berpikir jauh ke depan. Namun, jika menarik benang merah esai Ong, juga isi buku ini, pilihan Ong bisa dipahami. Kecintaan Ong terhadap Indonesia, dengan segala kritik di dalamnya, tercermin dalam tuturan Achdian. Ong mungkin tidak asal tunjuk ketika harus memilih Indonesia. Namun, jika jeli memahami hal itu, pilihan Ong di atas merupakan cermin kepedulian sangat sedikit/segelintir orang atas nasib bangsanya di tengah situasi ketidakpastian dan kehendak merdeka begitu kuat melekat di dalamnya. Ong seperti melawan arus dengan penuh kesadaran atas apa yang dipikirkan dan dilihatnya waktu itu.

Percakapan antara sang guru dan murid ini telah membuka selubung misteri tentang peristiwa tersebut dan dampaknya bagi kehidupan pribadi Ong dan mungkin saksi hidup lainnya — bagaimana memahami peristiwa itu setelah berjarak puluhan tahun.

Kendati lahir dan besar di lingkungan keluarga yang berkecukupan secara ekonomi dan terpandang, Ong tetap tak bisa lepas dari tempatnya berpijak dengan segudang masalah yang ada di depan mata. Kepedulian dan kegelisahan intelektualnya terhadap persoalan bangsa ini tak pernah lenyap. Itu juga karena Ong sebagai sejarawan sekaligus sebagai saksi perjalanan sejarah negeri ini.

Sejarawan ini selalu mencoba membagi pengetahuan yang dimilikinya tentang kesejarahan hingga ke hal-hal kecil atau dipandang sepele dan remeh-temeh seperti ketika dia berbicara ihwal tali-temali antara kolonialisme dan dapur, atau saat bertutur tentang pencurian gorden dan kaitannya dengan perjagoan serta kekuasaan. Dalam hal itu, seperti juga dipahami Andi Achdian, Ong seolah mengajak siapa pun untuk memahami sejarah agar tidak berhenti pada sebuah peristiwa semata yang tidak memberi makna atau kaitan apa pun dengan masyarakat atau kekuasaan. Dia juga menekankan pentingnya membaca sejarah dari “bawah” untuk memahami persoalan di tingkat elite atau lingkup kekuasaan yang lebih luas, seperti yang ditulisnya tentang fenomena bromocorah atau dinamika relasi priyayi-petani dalam politik lokal di Madiun.

Ceritanya sekelas cantik itu luka, wah berarti novel tapi agak berat ya mbak. Baca resensinya ini aja saya beberapa kali mesti berhenti sejenak, mengerutkan dahi. BalasHapus

Dalam dialog ini kita lebih banyak membahas sampai dimana pemerintah kabupaten Dairi merespon tentang Landreform. Dairi memiliki potensi konflik agraria dengan hadirnya beberapa investasi tambang, perusahaan yang bergerak dalam pemanfaatan kayu hutan, pembangkit listrik dan perusahaan lainnya yang banyak menggunakan lahan pertanian produktif, sungai dan Di Sini hutan sebagai wilayah konsesiny...

Disamping itu,  keluhan warga menjadi lengkap ketika baru-baru ini pihak dari Dinas Pertanian memberikan surat rekomendasi peralihan fungsi lahan menjadi lahan kurang produktif dan layak jadi  penambangan. Ini menjadi persoalan besar yg dihadapi petani.

“Bertani organik itu kaya manfaat. Semangat pertanian organik perlu dikobarkan dan ditularkan kepada petani lainnya,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *